Вы находитесь на странице: 1из 25

MIGREN

Sigit Pratama Iustitia N. S, ked.


110.2005.244
Pembimbing : dr. Neilan A. M,kes, SpS
Pendahuluan

• Sakit kepala adalah salah satu keluhan yang


sering dikemukakan dalam praktek ilmu
penyakit saraf. Menurut International
Headache Society, sakit kepala dibagi menjadi
dua kategori utama, yaitu sakit kepala primer
dan sakit kepala sekunder.
Pendahuluan
• Sakit kepala primer adalah sakit kepala tanpa
penyebab yang jelas dan tidak berhubungan
dengan penyakit lain. Contohnya adalah sakit
kepala tipe tension, migraine, dan cluster.
• sakit kepala sekunder adalah sakit kepala yang
disebabkan oleh penyakit lain seperti akibat
infeksi virus, adanya massa tumor, cairan otak,
darah, serta stroke.
Pendahuluan

• Migraine dapat terjadi pada 18% dari wanita dan 6%


dari pria sepanjang hidupnya.
• Prevalensi tertinggi berada diantara umur 25-55
tahun.
• Migraine lebih sering terjadi pada anak laki-laki
dibandingkan dengan anak perempuan sebelum usia
12 tahun, tetapi lebih sering ditemukan pada wanita
setelah pubertas, yaitu paling sering pada kelompok
umur 25-44 tahun.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Struktur kepala yang sensitif terhadap nyeri
dalam kranium yaitu :
– sinus venosus
– arteri meningea media dan anterior
– dura pada basal tengkorak
– trigeminal
– nervus vagus dan glosofaringeal
– arteri carotid interna proksimal dan cabang-cabang
dekat sirkulus willisi
– periaqueductal gray matter batang otak, nukleus
sensori dari thalamus.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Thalamus bertindak sebagai pusat sensori yang
primitif dimana individu dapat secara samar
merasakan nyari, tekanan, raba, getar, dan
suhu yang ekstrim, tetapi tidak dapat
ditentukan tempatnya. Sedangkan parenkim
otak sendiri tidak sensitif terhadap nyeri.
Migrain
Definisi :
Nyeri kepala berulang dengan manifestasi :
– serangan selama 4-72 jam.
– Karekteristik nyeri kepala unilateral
– berdenyut
– intensitas sedang atau berat
– bertambah berat dengan aktivitas fisik
– diikuti dengan mual dan/atau fotofobia dan
fonofobia.
Etiologi

• Penyebab pasti migraine tidak diketahui


• Risiko terkena migraine meningkat 4 kali lipat pada
anggota keluarga para penderita migraine dengan
aura.
• Migraine juga meningkat frekuensinya pada orang-
orang dengan kelainan mitokondria seperti MELAS
(mitochondrial myopathy, encephalopathy, lactic
acidosis, and strokelike episodes).
Klasifikasi

• Secara umum migraine dibagi menjadi dua, yaitu:


– Migraine dengan aura
• disebut juga sebagai migraine klasik
– Migraine tanpa aura
• disebut juga sebagai migraine umum.
Patofisiologi

• Teori vaskular
– Vasokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan dalam terjadinya migren
dengan aura.
– Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri kepala disertai denyut yang sama dengan
jantung.
– Pembuluh darah yang mengalami konstriksi terutama terletak di perifer otak akibat
aktivasi saraf nosiseptif setempat.
– Teori ini dicetuskan atas observasi bahwa pembuluh darah ekstrakranial mengalami
vasodilatasi sehingga akan teraba denyut jantung.
– Vasodilatasi ini akan menstimulasi orang untuk merasakan sakit kepala. Dalam keadaan
yang demikian, vasokonstriktor seperti ergotamin akan mengurangi sakit kepala,
sedangkan vasodilator seperti nitrogliserin akan memperburuk sakit kepala.
Patofisiologi

• Teori Neurovaskular dan Neurokimia


– Teori vaskular berkembang menjadi teori neurovaskular yang dianut oleh para
neurologist di dunia
– Pada saat serangan migraine terjadi, nervus trigeminus mengeluarkan CGRP (Calcitonin
Gene-related Peptide) dalam jumlah besar. Hal inilah yang mengakibatkan vasodilatasi
pembuluh darah multipel, sehingga menimbulkan nyeri kepala.
Patofisiologi

• Teori cortical spreading depression (CSD)


– Patofisiologi migraine dengan aura dikenal dengan teori cortical
spreading depression (CSD).
– Aura terjadi karena terdapat eksitasi neuron di substansia nigra yang
menyebar dengan kecepatan 2-6 mm/menit.
– Prinsip neurokimia CSD ialah pelepasan Kalium atau asam amino
eksitatorik seperti glutamat dari jaringan neural sehingga terjadi
depolarisasi dan pelepasan neurotransmiter lagi.
– CSD pada episode aura akan menstimulasi nervus trigeminalis nukleus
kaudatus, memulai terjadinya migraine.
– Kejadian ini akhirnya menyebabkan vasodilatasi yang lebih hebat,
terjadilah inflamasi steril neurogenik pada kompleks trigeminovaskular
Manifestasi Klinis

• Migraine dengan aura


– Sekitar 10-30 menit sebelum sakit kepala dimulai (suatu periode
yang disebut aura)
– gejala-gejala depresi, mudah tersinggung, gelisah, mual atau
hilangnya nafsu makan muncul pada sekitar 20% penderita.
– Penderita yang lainnya mengalami hilangnya penglihatan pada
daerah tertentu (bintik buta atau skotoma) atau melihat cahaya
yang berkelap-kelip.
– Ada juga penderita yang mengalami perubahan gambaran, seperti
sebuah benda tampak lebih kecil atau lebih besar dari
sesungguhnya.
Manifestasi Klinis

• Migraine dengan aura


– Beberapa penderita merasakan kesemutan atau kelemahan pada
lengan dan tungkainya.
– Biasanya gejala-gejala tersebut menghilang sesaat sebelum sakit
kepala dimulai, tetapi kadang timbul bersamaan dengan
munculnya sakit kepala
– Biasanya gejala-gejala tersebut menghilang sesaat sebelum sakit
kepala dimulai, tetapi kadang timbul bersamaan dengan
munculnya sakit kepala
– Kadang tangan dan kaki teraba dingin dan menjadi kebiru-biruan
Manifestasi Klinis

• Migraine tanpa aura


– Sakit kepalanya hampir sama dengan migraine
dengan aura.
– Nyerinya pada salah satu bagian sisi kepala dan
bersifat pulsatil dengan disertai mual, fotofobia dan
fonofobia.
– Nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam.
Pemeriksaan Penunjang
• a. Pemeriksaan Laboratorium
– menyingkirkan sakit kepala yang diakibatkan oleh
penyakit struktural, metabolik, dan kausa lainnya
– menunjukkan apakah ada penyakit komorbid yang
dapat memperparah sakit kepala dan mempersulit
pengobatannya.
• b. Pencitraan
– CT scan dan MRI dapa dilakukan dengan indikasi
tertentu
• c. Pungsi Lumbal
– untuk menyingkirkan adanya massa lesi yang dapat
meningkatkan tekanan intracranial.
Diagnosis
Migraine tanpa aura
• A. Sekurang-kurangnya terjadi 10 serangan yang memenuhi kriteria B-
D.
• B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati
atau tidak berhasil diobati).
• C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik
berikut:
– 1. Lokasi unilateral
– 2. Kualitas berdenyut
– 3. Intensitas nyeri sedang atau berat
– 4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita
menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik
tangga).
• D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
– 1. mual dan/atau muntah
– 2. fotofobia dan fonofobia
• E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
Diagnosis
Migraine dengan aura
• A. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi criteria B-D.
• B. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi
tidak dijumpai kelemahan motorik:
– 1. Gangguan visual yang reversibel seperti : positif (cahaya yang
berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif
(hilangnya penglihatan).
– 2. Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and
needles), dan/atau negatif (hilang rasa/baal).
– 3. Gangguan bicara disfasia yang reversibel
• C. Paling sedikit dua dari dibawah ini:
– 1. Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral 17
– 2. paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit
dan /atau jenis aura yang lainnya > 5 menit.
– 3. masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit.
• D. Nyeri kepala memenuhi kriteria B-D
• E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Tatalaksana

Terapi non-medikamentosa
Terapi Abortif
– Para penderita migraine pada umumnya mencari tempat yang tenang dan gelap pada
saat serangan migraine terjadi karena fotofobia dan fonofobia yang dialaminya.
Serangan juga akan sangat berkurang jika pada saat serangan penderita istirahat atau
tidur.
Terapi profilaktif
– Pasien harus memperhatikan pencetus dari serangan migraine yang dialami, seperti
kurang tidur, setelah memakan makanan tertentu misalnya kopi, keju, coklat, MSG,
akibat stress, perubahan suhu ruangan dan cuaca, kepekaan terhadap cahaya terang,
kelap kelip, perubahan cuaca, dan lain-lain
– pasien diharapkan dapat menghindari faktor-faktor pencetus timbulnya serangan
migraine.
– dianjurkan untuk berolahraga secara teratur untuk memperlancar aliran darah.
Tatalaksana

Medikamentosa
• Terapi Abortif
– Sumatriptan subkutan dengan dosis 4-6 mg
– Zolmitriptan Dosis awal oral 5 mg
Tatalaksana

Terapi Profilaktif
• Beta-blocker :
– propanolol yang dimulai dengan dosis 10-20 mg 2-3x1 dan dapat ditingkatkan secara
gradual menjadi 240 mg/hari.
– atenolol 40-160 mg/hari
– timolol 20-40 mg/hari

• Calcium Channel Blocker:


– verapamil 320-480 mg/hari
– nifedipin 90-360 mg/hari

• Antidepresan
• Amitriptilin 25-125 mg
• Antikonvulsan
• asam valproat 250 mg 3-4x1
Prognosis
• Dapat remisi dan menghilang secara utuh pada akhirnya, terutama
karena faktor penuaan/usia
• Penurunan kadar estrogen setelah menopause bertanggungjawab atas
remisi ini bagi beberapa wanita
• Walaupun demikian, migraine juga dapat meningkatkan faktor risiko
seseorang terkena stroke, baik bagi pria maupun wanita terutama
sebelum usia 50 tahun.
• Migrain dengan aura lebih berisiko untuk terjadinya stroke khususnya
pada wanita
• Selain itu, migraine juga meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Terimakasih..
DAFTAR PUSTAKA
• Adams and Victor’s Neurology.
• Gilroy, J. Basic neurology. 3rd ed. Michigan: McGraw-Hill. 2000. p 123-
126.
• Srivasta S. Pathophysiology and treatment of migraine and related
headache. [Internet]; 2010 Mar 29 [cited 2010 Sept 15]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1144656-overview
• Katzung, Bertram. Basic and Clinical Pharmacology. 10th edition.
Boston: McGraw Hill.
• 2007. p 289
• Chawla J. Migraine Headache: Differential Diagnoses & Workup.
[Internet]; 2010 Jun 3 [cited 2010 Sept 15]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1142556-diagnosis
• CURRENT Diagnosis & Treatment in Family Medicine.

Вам также может понравиться