Вы находитесь на странице: 1из 19

Oleh: Iin Indrayani (10060308085) Vina Nur Syaidah (10060308110) Ulfah Nurhalimah (10060308094)

Definisi
y Osteoartritis (Artritis Degeneratif, Penyakit Sendi

Degeneratif) adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan.

Prevalensi
y Osteoarthritis biasanya menyerang ketika umur

semakin tua, pria biasanya akan lebih dulu terserang osteoarthritis pada kisaran umur 45 tahun lebih cepat 10 tahun dari wanita yang biasanya terserang osteoarthritis pada usia 55 tahun

Penyebab
y Berdasarkan penyebabnya osteoarthritis dibedakan

menjadi dua yaitu :


 Osteoarthritis primer

Osteoarthritis primer atau dapat disebut osteoarthritis idiopatik, tidak memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.

 Osteoarthritis Sekunder

disebabkan oleh penyakit atau kondisi lainnya. Kondisi-kondisi yang dapat menjurus pada osteoarthritis sekunder termasuk kegemukan, trauma atau operasi yang berulangkali pada struktur-struktur sendi, sendi-sendi abnormal waktu dilahirkan (kelainan-kelainan kongenital), gout, diabetes, dan penyakit-penyakit hormon lain.

Tanda dan Gejala Klinis


y Nyeri sendi y Hambatan gerakan sendi y Kaku pagi y Pembesaran sendi ( deformitas ) y Pembengkakan sendi yang asimetris y Tanda

tanda peradangan y Perubahan gaya berjalan

Pemeriksaan
y Pemeriksaan diagnostik
Penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik. Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah : Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada bagian yang menanggung beban seperti lutut ). Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ). Kista pada tulang Osteofit pada pinggir sendi Perubahan struktur anatomi sendi.

y y y y y

Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna. Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas batas normal. Pemeriksaan imunologi masih dalam batas batas normal. Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein .

Terapi Ostheoarthritis
 Terapi non Farmakologi  Memberikan edukasi pada pasien tentang penyakit,

prognosis, dan pendekatan manajemennya  Terapi fisik dengan penurunan berat badan dan program olahraga.  Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan, alat bantu gerak, heel cups, dan insole  Operasi (osteotomi, pengangkatan sendi, penghilangan osteofit, artroplasti parsial atau total, joint fusion)

 Terapi Farmakologi

Terapi obat pada OA ditargetkan pada penghilangan rasa sakit Obat-obatan yang digunakan untuk terapi osteoarthritis : 1. Golongan AINS 2. Kortikosteroid 3. Golongan analgesik
Analgesik non narkotik b. Analgesik narkotik
a.

Golongan AINS
y Pertimbangan farmakologi dalam pemilihan AINS

sebagai antinyeri rematik secara rasional adalah 1) AINS terdistribusi ke sinovium, 2) mula kerja AINS segera (dini), 3) masa kerja AINS lama (panjang), 4) bahan aktif AINS bukan rasemik, 5) bahan aktif AINS bukan prodrug, 6) efek samping AINS minimal, 7) memberikan interaksi yang minimal dan 8) dengan mekanisme kerja multifaktor.

y Secara kimiawi obat-obat AINS dibagi dalam berbagai

kelompok, yaitu: a. salisilat : asetosal, benorilat dan diflusinal b. asetat : diklofenak, indometasin dan sulindac (Clioril). c. propionat : ibuprofen, ketoprofen, flurbiprofen, naproksen, dan tiaprofenat d. oxicam : piroxicam, tenoxicam, dan meloxicam e. pirazolon : (oksi) fenilbutazon dan azapropazon (prolixan) f. lainnya : mefenaminat, nabumeton, benzidamin, dan bufexamac (Parfenac).

y Efek samping y timbul rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan kadang pendarahan dan tukak, dispepsia bisa ditekan dengan meminum obat ini bersama makanan atau susu. y reaksi hipersensitivitas (terutama ruam kulit, angiodema, dan bronkospasme), sakit kepala, pusing, vertigo, gangguan pendengaran seperti tinnitus, fotosensitivitas, dan hematuria. y terjadi gangguan pada darah. y Retensi cairan bisa terjadi (jarang sampai mempercepat gagal jantung kongestif pada pasien usia lanjut). y Gagal ginjal mungkin dipicu oleh AINS khususnya pada pasien yang sebelumnya sudah mengidap gagal ginjal.

Kortikosteroid
y Kortikosteroid berdaya menghambat fosfolipase,

sehingga pembentukan prostaglandin maupun leukotrien dihalangi. y Keberatannya ialah efek sampingnya yang lebih berbahaya pada dosis tinggi dan penggunaan lama yaitu bila digunakan kronis terjadi susut-tulang akibat perombakan meningkat dan pembentukan tulang berkurang dengan efek bertambahnya resiko fraktur. y Contoh : deksametason, hidrokortison, kortison.

Efek samping y Penggunaan kortikosteroid jangka lama akan menimbulkan efek samping meliputi diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut. y Pemberian dosis tinggi dapat menyebabkan nekrosis avaskular dan sindrom Cushing yang sifatnya berpulih (reversible). y Dapat juga terjadi gangguan mental, euphoria dan miopati. y Efek samping mineralkortikoidadalah hipertensi, retensi Na dan cairan, dan hipokalemia.

Golongan analgesik Non Narkotik


1. Asetaminofen ( Analgesik Oral ) Asetaminofen diabsorpsi secara cepat dan sempurna di saluran GI pada pemberian oral. Asetaminofen terdistribusi secara cepat dan merata pada kebanyakan jaringan tubuh. Sekitar 25% asetaminofen di dalam darah terikat pada protein plasma. Asetaminofen dimetabolisme oleh sistem enzim mikrosomal di dalam liver. Asetaminofen mempunyai waktu paro plasma 1,25-3 jam,dan mungkin lebih lama mengikuti dosis toksik atau pada pasien dengan kerusakan liver. Asetaminofen diekskresiksan lewat urin kira-kira sebanyak 85% dalam bentuk bebas dan terkonjugasi.

2. Kapsaisin ( Analgesik Topikal ) Mekanisme kerja : Suatu eksrtak dari lada merah yang menyebabkan pelepasan dan pengosongan substansi P dari serabut saraf y Indikasi : bermanfaat dalam menghilangkan rasa sakit pada OA jika digunakan secara topikal pada sendi yang dipengarugi. Kapsaisin dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan analgesik oral atau AINS. Agar efektif, kapsaisin harus digunakan secara teratur dan dapat membutuhkan waktu hingga 2 minggu untuk bekerja.

3. Glukosamin dan Kondroitin ( Analgesik Topikal ) y Mekanisme kerja: Glukosamin mengurangi penyempitan ruang sendi y Indikasi: Glukosamin dan kondroitin merupakan suplemen makanan yang telah menunjukan hasil yang superior terhadao placebo dalam meredakan rasa sakit pada OA lurut atau pinggul pada 17 studi doubleblind dengan control placebo.

Analgetik narkotik
y Indikasi: nyeri sedang sampai berat; terutama yang

berasal dari visceral. y Efek samping: mual, muntah, kontipasi, dan rasa mengantuk. Dosis yang lebih besar menimbulkan depresi napas dan hipotensi. y Contoh : kodein, morfin

Вам также может понравиться